Menuju
Onkologi Center
Ade
Irma, Desi Aida Fitria, Muhammad fahmi alikhsani, Muhammad muarrif, dan saya
sendiri Nisa Ulmuddrika. Kami berlima adalah anggota kelompok 5 tugas di
matakuliah pediatri Geriatri yang diasuh oleh buk Azizah Vonna. Asuhan bagian geriatri
dari bahasan yang harus kami kuasai salah satunya adalah tentang penyakit
kanker. Tugas ini meliputi tugas wawancara pasien yang kebetulan fokus
pencarian kanker kelompok kami adalah di Rumah Sakit. Rumah Sakit Zainal abidin
target utama studi pendahuluannya.
Kamis
21 april April lalu, kami memulai survey lokasi ke RSUZA mencari ruang
perawatan pasien kanker. Pertama yg kami temui itu ruang mamplam 1 penyakit
dalam khusus pria lalu mamplam 2 khusus pasien wanita. Karena kebingungan mau
kemana, kami bertanya pada salah satu security di sana.
"Assalmualaikum pak,
kami mau tanya ruang rawat inap pasien kanker itu dimana ya?"
"Oh itu di sebelah
sana dek," lurus aja (sambil menunjukkan jalannya).
Akhirnya kami langsung
menuju ke arah Onkologi Center. Di sana ada ruang pediatrik dan onkologi khusus
dewasanya. Dua orang rekan saya , Fahmi dan Muarif yang masuk menjumpai kepala
ruangannya sambil menjelaskan maksud kedatangan kami. Hari itu kami belum bisa
memperoleh izin wawancara disebabkan belum memiliki kelengkapan seperti surat
dan juga jas lab.
Kami pulang dan merencanakan untuk kunjungan beberapa hari
setelahnya.
Hari
kedua tepat pada jumat,06 Mei 2016 kunjungan kami untuk kedua kalinya.
Pada hari kedua ini, kami tidak
menjumpai kepala ruangannya. Di sana hanya ada perawat-perawat. Kami langsung menyodorkan surat kepada
diantara beberapa mereka. Selanjutnya berhubung sudah kesorean sekali, kami
disuruh balek lagi hari seninnya. Kami pulang dan belum bisa mendapatkan
pasiennya. InshaAllah masih tetap bersemangat. :)
Kunjungan
terakhir kami pada senin 09 Mei siang,
kami berkesempatan mewancarai pasien yg bernama Sri Molok di bangsal Onkologi
tersebut dan mendapatkan data-data.
Alhamdulillah dengan tidak berlama-lama
kami mendapatkan kemudahan dalam mengumpulkan data.
Setelah meminta izin untuk
wawancara, kami masuk ke bangsalnya dan menemui nenek Sri Molok yang merupakan
satu-satunya pasien kanker lansia yang berumur 67 tahun dengan penyakit kanker
THT. Saya bersama Desi Aida Fitria menjumpai salah satu keluarga dari nenek ini
(ternyata cucunya), meminta ijin agar kami bisa mewancarai si nenek sebentar.
” Permisi
kak, kami mahasiswa Farmasi UNSYIAH. Kebetulan kami mendapat tugas untuk
mewancarai pasien kanker. Jadi kebetulan si nenek merupakan pasien yang kami cari.”
Dengan percakapan yang tidak terlalu panjang. Akhirnya kami memulai wawancara
si nenek, yang sebelumnya cucu nenek ini
agak keberatan untuk diwawancarai. Dia takut mungkin kami bermaksud lain selain
hanya wawncara saja atau apalah itu.
Memulai
wawancara nenek dengan langsung menanyakan kabarnya.
"Sudah berapa lama di rawat
di sini nek?"
Sepertinya nenek juga mengalami gangguan pendengaran karena
bberapa pertanyaaan yang terlewatkan dan kami mengulang menanyakan. Nenek ini
berbadan tidak terlalu kurus, penglihatan masih bagus, berjalan dengan tanpa
bantuan orang lain dan masih bisa diajak bicara. Pada saat itu, si nenek baru
selesai kemoterapi kedua kalinya.
Kami menanyakan apakah ada efek samping yang
dialami setelah kemoterapi. Beliau menjawab tidak ada. Nenek juga diberikan
obat-obatan lain yang dikonsumsi di rumah sekitar 4-5 macam obat yang diminum
3x4 kali sehari. Namun nenek dan juga cucunya tidak ingat jenis obat2 apa saja
karena sdh habis persediaannya.
Nenek bilang beliau mengalami tumor di bagian
telinga sebelah kiri lalu menyebar ke telinga sebelah kanan.
Sebelumnya, saat
masih di Lhokseumawe, nenek sering sakit gigi. Kemudian suaranya pernah
hilang.
Beliau pindah ke Banda Aceh tinggal di rumah anaknya yang
laki-laki, di Krueng Cut. Nenek
merasakan gejala di bagian dekat
telinga kanannya, dan di daerah lehernya seperti bengkak, berwarna merah,
keras, dan terasa berdenyut-denyut di dalamnya, namun jika dsentuh langsung
tidak terasa sakit.
Beliau merasakan sudah sekitar 2 tahun yang lalu.
Lalu, apa saja
pemeriksaan yang beliau terima. Si nenek tidak menjelaskan. Terkait
pantangan, beliau hanya tidak boleh mengkonsumsi durian dan nenas.
Pernah dulu, sejauh penyakit ini mengembara, si
nenek pernah mengikuti pengobatan tradisional di kampungnya yaitu meminum
beberapa botol ramuan herbal seharga Rp.200.000 per botolnya. Setelah kurang
lebih 1 bulan berobat tradisional, nenek merasa keadaannya semakin parah,
sehingga memutuskan pergi ke RSUZA.
Sekitar
2 minggu yg lalu, kami mengunjungi keluarga beliau yg kebetulan sedang berjualan
dekat Lp. Tugu Unsyiah. Kami mendapati kabar bahwa bunda beliau (nenek/ibu Sri muluk)
dalam waktu dekat ini yaitu tanggal 27 Mei mendatang akan masuk RS lagi utk nntinya tanggal 30 Mei akan dikemoterapi yg ketiga kalinya.
Sejauh ini belum terdapat efek
lain yg ditimbulkan oleh kemoterapi pada nenek Sri, hanya saja kondisi tubuh
beliau lemas dan kurang nafsu makan
saja.
Alhamdulillah data kami dapatkan. harapan nya nenek dapat segera baik kembali.
Semoga kita bisa bertemu di lain waktu dan tempat nek. Doa kami menyertai.
Salam, pejuang PEDIGERI
#FarmasiUnsyiah2013
Comments
Post a Comment