LAPORAN PRAKTIKUM
FISIKA FARMASI
PERCOBAAN 2
KELARUTAN SEMU / TOTAL
OLEH
KELOMPOK V
NISA ULMUDDRIKA (1308109010012)
WAKINI (1308109010011)
PRODI FARMASI
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN
ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
TAHUN 2014
HALAMAN
PENGESAHAN
PRAKTIKUM
FISIKA FARMASI
PERCOBAAN
2
1.
Judul Percobaan : Kelarutan Semu / Total
2.
Tujuan Percobaan : Mengetahui pengaruh pH larutan terhadap
kelarutan bahan obat yang bersifat asam lemah.
3.
Tempat Percobaan : Laboratorium Fisika Farmasi
4.
Hari, Tanggal
Bulan Tahun : Jum’at, 14 Maret 2014
5.
Kelompok : V
a.
Nama Praktikan : Nisa Ulmuddrika
NIM : 1308109010012
Prodi : Farmasi
b.
Nama Praktikan : Wakini
NIM : 1308109010011
Prodi : Farmasi
Banda
Aceh, 14 Maret 2014
Catatan Asisten, Praktikan
1,
.................................................................
................................................................. Nisa Ulmuddrika
................................................................. NIM.1308109010012
.................................................................
Nilai :............. Praktikan 2,
Wakini
Asisten
Percobaan 2, NIM.
1308109010011
Elmisha Lauzy
ABSTRAK
Telah dilakukan percobaan yang berjudul
“Kelarutan Semu/Total ”. Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui
pengaruh pH larutan terhadap kelarutan bahan obat yang bersifat asam lemah.
Prinsip percobaan ini adalah menentukan kelarutan asam benzoat dalam larutan
dapar phospat. Metode yang digunakan adalah penentuan kelarutan asam benzoat
dengan larutan yang memiliki pH yang berbeda dalam waktu pengadukan yang sama.
Hasil yang didapat dari percobaan ini adalah ukuran nilai pH dapat mempengaruhi
tingkat kelarutan suatu zat dan berat endapan nya dalam larutan. Kesimpulan
percobaan ini adalah semakin besar pH maka semakin meningkat pula kelarutannya
dan semakin kecil endapan zat terlarut nya.
Kata Kunci : Kelarutan, Kelarutan
semu/ total, pH, asam lemah.
ABSTRACT
Have performed experiments titled
“pseudo solubility or total solubility” this experiment aims to
determine the effect of pH on solubility of drugs that are weak acids. The principle
of this experiment was to determine the solubility of benzoic acid in the
buffer solution phospat. This trial
method was the determination of the solubility of benzoic acid with a solution
that has a different pH and stirring time is same. The results of these experiments were measure the pH can affect the solubility of a substance level and
the weight of his deposition in solution. The conclusion of this experiment was
the greater the pH was then increasing its
solubility and the smaller sediment its solutes .
Key word : Solubility, Solubility Pseudo Or Total Solubility ,
pH , Weak Acids.
PRAKATA
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat
Allah SWT yang telah memberikan kesempatan, kesehatan, dan kemampuan sehingga
kami dapat menyelesaikan laporan fisika farmasi yang berjudul “Kelarutan Semu /
Total”. Shalawat dan salam kami sampaikan
pada pahlawan revolusi alam, Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para
sahabatnya. Karena perjuangan dan kegigihannya lah telah memberikan tauladan baik sehingga akal dan fikiran penyusun
mampu menyelesaikan laporan ini, semoga kita termasuk umatnya yang kelak
mendapatkan syafa’at dalam menuntut ilmu.
Tujuan kami membuat laporan ini adalah
untuk menambah wawasan dan pengetahuan serta untuk lebih memahami tentang
materi yang kami praktikumkan pada mata kuliah fisika farmasi ini. Kami harap
laporan ini dapat bermanfaat bagi kami sebagai penyusun maupun bagi pembaca.
Menyelesaikan laporan ini, kami telah
mendapatkan banyak sekali bimbingan dan arahan dari kakak-kakak asisten. Kami
ucapkan terima kasih kepada kakak asisten yang telah membantu kami dalam
melakukan praktikum maaupun dalam arahan untuk pembuatan laporan ini. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada kelompok 5 yang juga telah membantu dalam
praktikum dan saat penyelesaian laporan ini.
Kami
menyadari bahwa dalam
penulisan laporan ini masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan baik
dari segi penyajian, bahasan maupun dari segi materi. Oleh karena itu, dengan
segala kerendahan hati kami mengharapkan saran serta kritik yang bersifat membangun
dari kakak asisten maupun teman-teman demi penyempurnaan laporan ini.
Demikianlah
yang dapat kami sampaikan, lebih dan kurang kami mohon maaf. Atas perhatiannya
kami ucapkan terima kasih.
Banda Aceh, 14 Maret 2014
Tim Penyusun
DAFTAR
ISI
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................... i
ABSTRAK................................................................................................................... ii
ABSTRACT................................................................................................................. iii
PRAKATA................................................................................................................... iv
DAFTAR ISI............................................................................................................... v
DAFTAR TABEL........................................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR................................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.......................................................................................... 1
1.2. Tujuan Percobaan...................................................................................... 1
1.3. Rumusan Masalah...................................................................................... 1
1.4. Manfaat Percobaan.................................................................................... 2
BAB
II TINJAUAN KEPUSTAKAAN.................................................................. 3
BAB III METODE PERCOBAAN
. 3.1. Waktu dan
Tempat.................................................................................... 6
. 3.2. Alat dan Bahan.......................................................................................... 6
. 3.3.
Prosedur Percobaan................................................................................... 6
BAB IV DATA HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
1.1. Data Hasil Pengamatan............................................................................. 8
1.2. Pembahasan............................................................................................... 8
BAB V PENUTUP
. 5.1.
Kesimpulan................................................................................................ 12
. 5.2. Saran.......................................................................................................... 12
DAFTAR
PUSTAKA................................................................................................ 13
LAMPIRAN...............................................................................................................
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Tabel 4.1 Volume NaOH
0,1 N yang dibutuhkan pada pH dapar phospat......... 8
Tabel 4.2 Table
4.2 Berat Endapan Asam Benzoat............................................................. 8
DAFTAR GAMBAR
Gambar
4.1.1 Grafik Hubungan pH dengan kelarutan semu asam benzoat.............. 10
DAFTAR
LAMPIRAN
Lampiran 1 Perhitungan Hasil
Percobaan..........................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kelarutan
semu adalah suatu keadaan dimana zat terlarut dalam larutan terlihat larut
sempurna, namun sebenarnya masih terdapat ion – ion yang tidak terlarut di
dalamnya. Kelarutan obat sering kali dipengaruhi oleh pH, suhu, sifat pelarut,
konsentrasi, ukuran partikel, kosolvensi, solubility atau zat-zat pelarut karena sebagian besar sediaan obat berupa
senyawa organik yang bersifat asam lemah atau basa lemah. Kelarutan merupakan
sesuatu yang harus diperhatikan dalam pembuatan sediaan obat dalam farmasi.
Suatu obat dapat teradsorbsi oleh tubuh jika kelarutan dari obat tersebut sudah
baik.
Topik mengenai larutan perlu dipelajari lebih
mendalam, karena sangat penting khususnya untuk ahli farmasi, sehingga dapat
memahami teori dan penerapan dari gejala kelarutan serta membantu memilih
medium pelarut yang baik untuk obat atau kombinasi obat, juga membantu
mengatasi kesulitan- kesulitan tertentu yang timbul pada waktu pembuatan
larutan farmasetis (di bidang farmasi).
1.2
Rumusan
Masalah
Percobaan ini memiliki rumusan masalah sebagai berikut
:
1. Apa definisi kelarutan semu?
2. Apa saja yang mempengaruhi kelarutan semu?
3. Bagaimana pengaruh pH
terhadap koefisien partisi?
4. Apa definisi larutan dapar ?
5. Bagaimana cara menentukan nilai pKa?
1.3
Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini
adalah mengetahui pengaruh pH larutan terhadap kelarutan bahan obat yang
bersifat asam lemah.
1.4
Manfaat Percobaan
Manfaat dari percobaan ini adalah
1. Menambah
wawasan praktikan akan kelarutan obat dalam tubuh
2. Praktikan dapat
mengetahui apa itu kelarutan semu dan manfaat mempelajarinya.
3. Praktikan
mengetahui bagaimana pengaruh pH terhadap kelarutan semu obat.
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1. Pengertian
Topik
kelarutan perlu dipelajari lebih
sehingga dapat mendalam, khususnya ahli farmasi sehingga dapat mengerti
dan menerapkan teori dari gejala kelarutan serta dapat membantu memilih mediu
pelarut yang baik untuk obat atau kombinasi obat, serta mengatasi kesulitan –
kesulitan tertentu yang timbul pada waktu pembuatan larutan farmasetis.
Pengetahuan kelarutan dan sifat – sifatnya dapat memberikan informasi mengenai
struktur dan gaya antar molekul obat. Menurut
U.S pharmacopeia and national formulary, kelarutan obat didefinisikan sebagai jumlah
mol pelarut di mana akan larut 1 gram zat terlarut. Kelarutan suatu senyawa
bergantung pada sifat fisika dan kimia zat terlarut dan pelarut serts fsktor
temperature, tekanan, pH larutan dan untuk jumlah yang kecil, bergantung pada
hal terbaginya zat terlarut (Martin, dkk. 1990).
Daya
kelarutan suatu zat berkhasiat memegang peranan penting dalam formulasi suatu
sediaan farmasi lebih dari 50 % senyawa kimia baru yang ditemukan saat ini
bersifat hidrofobik. Secara klinik kegunaan obat – obat hidrofobik menjadi
tidak efisien dengan rendahnya daya kelarutan, di mana akan mengakibatkan
kecilnya penetrasi obat tersebut di dalam tubuh kelarutan suatu zat berkhasiat
yang kurang dari 1 mg/ml mempunyai tingkat disolusi yang kecil, karena
kelarutan suatu obat dengan tingkat disolusi obat tersebut sangat berkaitan
(Jufri, dkk. 2004).
2.2 Faktor – faktor yang memepengaruhi
kelarutan
ü pH
Umumnya sediaan farmasi bersifat
asam dan basa lemah.Kelarutan suatu zat asam atau basa lemah sangat dipengaruhi
oleh pH karena untuk menjamin larutan homogen jernih dan efektif terapi
maksimumnya. Kelarutan asam – asam lemah meningkat dengan meningkatnya pH
larutan, karena berbentuk garam yang mudah larut. Sedangkan kelarutan basa -
basa lemah bertambah dengan menurunnya pH larutan.
ü Suhu
Kenaikan temperatur akan
meningkatkan kelarutan zat yang proses melarutnya melalui penyerpan panas/kalor
(reaksi endotermik), dan akan menurunkan kelarutan zat yang proses melarutnya
dengan pengeluaran panas/kalor(reaksi eksotermik).
Kelarutan zat padat dalam larutan ideal tergantung pada suhu larutan, titik leleh zat padat dan panas peleburan molar zat tersebut.
Kelarutan zat padat dalam larutan ideal tergantung pada suhu larutan, titik leleh zat padat dan panas peleburan molar zat tersebut.
ü Kepolaran pelarut
Pelarut polar akan melarutkan zat – zat polar dan ionik, sedangkan
zzat yang non polar sukar larut di dalamnya. Tetapan dielektrik pelarut polar
yang tinggi dapat dengan mudah melarutkan zat-zat yang memiliki tetapan
dielektrik yang hampir sama / mendekati. Pelarut polar bertindak sebagai
sebagai pelarut dengan mekanisme sebagai berikut : mengurangi gaya tarik
anatara ion berlawanan dalam Kristal, memecah ikatan kovalen elektrolit –
elektrolit kuat, karena pelarut ini bersifat amfoprotik, membentuk ikatan
hydrogen dengan zat terlarut. Pelarut nonpolar memiliki konstanta dielektrik
yang rendah, sehingga dapat melarutkan zat-zat yang besifat nonpolar. Pelarut
nonpolar melarutkan zat-zat nonpolar dengan tekanan internal yang sama melalui
induksi antaraksi dipole. Semakin besar ukuran molekul, maka semakin berkurang
kelarutan suatu senyawa.
ü Ion sejenis
Ion sejenis akan memurunkan kelarutan senyawa elektrolit yang non
polar, karena mempengarui harga ksp.
ü Penambahan surfaktan
Surfaktan merupakan molekul ampifil yang mengandung gugus polar dan
non polar. Konsentrasi rendah dalam suatu larutan akan berada pada permukaan /
antarmuka larutan dan memberikan efek menurunkan tegangan permukaan (Martin
dkk, 1990).
Secara teori, jik pH dinaikkan, maka kelarutannya pun akan
meningkat, karena selain tidak terbentuk larutan jenuh obat dalam molekul yang
tidak terionkan (kelarutan intrinsik) juga terlarut obat yang berbentuk ion.
Secara matematis, hubungan antara pH dan kelarutan dapat diungkapkan dalam
persamaan kesetimbangan ionisasi berikut :
(S
– So)
di mana, So merupakan
kelarutan intrinsic obat dan S merupakan kelarutan semu obat (apparent
solubility). Asam Benzoat
adalah salah satu contoh bahan pengawet yang
sering digunakan dalam makanan. Secara khusus penentuan kelarutan semu asam benzoate
dapat dilakukan dengan metode gravimetri yaitu cara pemeriksaan jumlah zat yang
paling tua dan paling sederhana dibandingkan dengan cara pemeriksaan kimia
lainnya. Kesederhanaan itu jelas karena dalam gravimetric jumlah zat ditentukan
dengan menimbang langsung masa zat yang dipisahkan dari zat – zat lain (Rivai,
1995).
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1. Waktu dan Tempat
Tanggal : 14
Maret 2014
Waktu : 14.30 WIB
Tempat : Laboratorium
Fisika Farmasi, tepatnya di Tranning Centre Universitas Syiah Kuala
(TC-Unsyiah).
3.2. Alat dan Bahan
Alat
yang digunakan pada percobaan ini adalah
batang pengaduk, Botol Semprot, Buret 50 mL, Corong, Erlenmeyer 250 mL, Filler,
gelas kimia 25, 250 dan 1000 mL, Kaca Arloji, labu ukur 500 mL, Oven, pH
meter, pipet tetes, pipet volum 10 ml, spatula,
dan timbangan Analitik.
Bahan yang digunakan pada percobaan ini
adalah, aluminium foil,
Aquades, Asam Benzoat, Kertas Saring,
.
3.3. Prosedur Percobaan
3.3.1 Pembuatan Reagensia
a)
Pembuatan aquades bebas CO2
Ditimbang 1 liter Aquades, lalu dimasukkan dalam erlenmeyer. Lalu
didihkan, disumbat mulut erlenmeyer. Kemudian ditunggu hingga dingin, lalu disimpan
pada botol reagen.
b)
Pembuatan NaOH 0,1 N
Ditimbang NaOH, kemudian dilarutkan menggunakan aquades. Dimasukkan
dalam labu takar 500 mL, lalu ditambahkan aquades hingga batas 500 mL. Digojog
secara perlahan.
c)
Pembuatan
PO4 0,1 M
Ditimbang
PO4 0,1 M,
Dilarutkan menggunakan aquades, dimasukkan dalam labu ukur 500 mL, kemudian diencerkan
sampai tanda batas. Disimpan dalam botol penyimpanan, lalu diturtup.
3.3.3 Pengukuran larutan Dapar Phospat
Dipipet masing – masing 10 mL larutan standar
pospat pH 9,5 ; 9,7 ; 9,9 ; 10,1 ; dan 10,3.Dimasukkan masing – masing ke dalam
5 buah geas kimia 25 mL. Lalu ditambahkan 0,2 gram asam benzoate dalam masing –
masing gelas kimia. Diaduk selama 5 menit. Disaring dengan menggunakan kertas
saring yang telah diketahui beratnya. Lalu dikeringkan dalam oven dan
ditimbang.
BAB
IV
DATA
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Data Hasil Pengamatan
Tabel
4.1 Volume NaOH 0,1 N yang dibutuhkan pada pH dapar phospat
No
|
pH
|
0,1 M (mL)
|
NaOH 0,1 M
(mL)
|
1
|
9,5
|
25
|
2
|
2
|
9,7
|
25
|
0,5
|
3
|
9,9
|
25
|
0.9
|
4
|
10,1
|
25
|
1,2
|
5
|
10,3
|
25
|
1,7
|
Table 4.2 Berat Endapan Asam Benzoat
No
|
pH
|
Berat Kertas saring (g)
|
Berat Kertas saring (g)
|
Berat Asam Benzoat Larut (g)
|
|
Awal
|
Akhir
|
||||
1
|
9,5
|
0.604
|
0,6495
|
0,046
|
0,154
|
2
|
9,7
|
0,441
|
0,447
|
0,006
|
0,194
|
3
|
9,9
|
0,439
|
0,475
|
0,036
|
0,164
|
4
|
10,1
|
0,646
|
0,675
|
0,029
|
0,171
|
5
|
10,3
|
0,581
|
0,685
|
0,104
|
0,096
|
4.2. Pembahasan
Kelarutan
suatu zat terlarut adalah jumlah maksimum dari zat terlarut yang dapat
dilarutkan dalam sejumlah tertentu pelarut atau sejumlah larutan pada
temperatur tertentu. Senyawa yang terlarut disebut solut dan cairan yang
melarutkan disebut solven, yang bersama-sama membentuk suatu larutan. Proses
pelarutan disebut solvasi atau hidrasi jika pelarutnya air. Suatu larutan saat
kesetimbangan tidak dapat menahan solut lagi maka disebut jenuh. Kelarutan ada
yang berupa kelarutan intrinsik dan ada yang berupa kelarutan semu. Kelarutan
intrinsik adalah kelarutan dimana obat yang bersifat asam lemah berada pada
keadaan pH absolut dan tidak mengalami ionisasi.
Kelarutan intrinsik, yang kita amati adalah
filtrate yang diperoleh dari hasil pengadukan. Seperti pada percobaan yang
lalu, percobaan ini kita membahas tentang kelarutan semu, yaitu suatu keadaan
di mana zat terlarut dalam larutan terlihat larut sempurna. Namun sebenarnya
masih terdapat zat terlarut yang belum larut, di mana jumlah zat tidak dapat
larut lagi sesudah larutan jenuh. Berbeda dengan pengamatan kelarutan
intrinsik, pada kelarutan semu ini yang kita amati adalah endapan yang
diperoleh dari pengadukan.
Larutan
dapar adalah larutan yang dapat mempertahankan pH nya walaupun ditambahkan
sedikit asam dalam larutan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pH larutan dapar
antara lain dengan penambahan garam-garam netral ke dalam larutan dapar yang mengubah pH larutan dengan berubahnya kekuatan ion.
Faktor lainnya adalah pengenceran. Penambahan air dalam jumlah cukup, jika
tidak mengubah pH juga dapat mengakibatkan penyimpangan positif atau negatif
sekalipun kecil sekali, karena air selain dapat mengubah nilai koefisien
keaktifan ia juga dapat bertindak sebagai asam lemah atau basa lemah. Larutan
dapar yang digunakan pada percobaan ini adalah larutan dapar pospat
, di mana larutan ini dapat
mempertahankan pH nya sesuai dengan yang kita butuhkan.
Percobaan
ini dipakai asam benzoat sebagai pelarut. Asam benzoat merupakan salah satu
contoh bahan obat yang bersifat asam lemah. Sedangkan yang menjadi pelarutnya
yaitu campuran larutan dapar fosfat dan NaOH. Hal ini dikarenakan bahan obat
yang umumnya bersifat asam lemah / basa lemah mudah berubah-ubah pHnya . Larutan
dapar pada mulanya tidaklah dibuat dari basa lemah dan garamnya karena mudahnya
menguap dan ketidakstabilan basanya, Peniadaan perubahan pH tersebut dikenal
sebagai aksi dapar. Jadi dengan adanya larutan dapar, maka bahan obat akan
mencapai pH yang optimum sehingga memperoleh kelarutan yang maksimum.
Percobaan
dilakukan titrasi dengan larutan NaOH, yaitu pada pH 9,5 volume NaOH yang
dibutuhkan sebanyak 0,5 mL, pH 9,7 volume NaOH sebanyak 0,9 mL. pH 9,9 NaOH
yang dibutuhkan sebanyak 1,2 mL, pH 10,1 NaOH sebanyak 1,7 mL, terus meningkat
hingga pada pH 10,3 volume NaOH nya sebanyak 2 mL dengan konsentrasi yang sama.
Percobaan dilakukan berdasarkan pH yang berbeda. Waktu pada pengadukan untuk
masing- masing larutan adalah 5 menit. Berdasarkan teori larutan yang diaduk
lama akan memiliki massa endapan yang lebih kecil daripada larutan yang diaduk
cepat. Hal ini membuktikan bahwa kelarutan juga dipengaruhi oleh pengadukan.
Semakin lama pengadukan dilakukan maka semakin banyak jumlah asam benzoat yang
larut sehingga semakin kecil endapan yang terbentuk. Semakin besar pH maka
semakin besar kelarutan dan semakin sedikit endapan yang terbentuk. Percobaan yang kami lakukan, tidak sesuai
dengan teori yaitu semakin besar pH
larutan, semakin besar pula endapan yang didapatkan. Percobaan ini
terjadi kesalahan yang dikarenakan pada waktu penyaringan ataupun saat
pengadukan larutan yang tidak sempurna.
Grafik
1. Hubungan antara pH dengan Kelarutan Semu
Grafik ini menggambarkan
bahwa larutan yang memiliki nilai pH
yang berbeda juga memiliki perbedaan massa endapan. Sesuai dengan teori yang
menyatakan jika pH dinaikkan, maka kelarutannya pun akan meningkat bahwa
semakin tinggi nilai pH karena selain terbentuk larutan jenuh dalam bentuk
molekul yang tidak terionkan juga terlarut yang berbentuk ion. Oleh sebab itu,
nilai pH sangat mempengaruhi kelarutan. Semakin tinggi nilai pH maka semakin
tinggi kelarutannya sehingga semakin sedikit endapan yang terbentuk. Hasil
pengamatan yang kami peroleh tidak mendapatkan hasil yang konstan, dikarenakan
mungkin adanya kesalahan saat percobaan,
sehingga hasil yang sesuai teori hanya pada larutan (pH 9,9) dengan berat endapan 0,029 (g) dibandingkan
dengan larutan yang pH nya 10,dengan berat endapan 0,194 (g).
Kelarutan semu erat
kaitannya dengan farmasi, karena berhubungan dengan formulasi suatu sediaan
farmasi. Lebih dari 50% senyawa
kimia baru yang ditemukan saat ini bersifat hidrofobik. Kegunaan secara klinik
dari obat-obat hidrofobik menjadi tidak efisien dengan rendahnya daya
kelarutan, dimana akan mengakibatkan kecilnya penetrasi obat tersebut di dalam
tubuh. Waktu kelarutan obat dalam tubuh sangat erat hubungannya dengan efektivitas
obat dalam menghilangkan rasa sakit yang diderita. Waktu kelarutan obat pada
uji disolusi dianggap sebagai waktu kelarutan obat di dalam tubuh. Semakin
cepat larut suatu obat, maka semakin efektif obat tersebut bekerja. Percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa kelarutan suatu zat
dipengaruhi oleh pH, dan waktu pengadukan.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan
bahwa :
1.
Nilai pH mempengaruhi kelarutan semu suatu
bahan obat yang bersifat asam lemah, di mana pH berbanding lurus terhadap
kelarutan obat dan berbanding terbalik dengan endapan kelarutan semu obat yang
dihasilkan.
2.
Semakin besar nilai pH
maka semakin besar kelarutan suatu zat, begitupun sebaliknya.
3.
Namun, pada percobaan
ini tidak sesuai dengan pernyataan yang ada pada teori.
4.
Kelarutan semu obat
dipengaruhi oleh pH dan lamanya waktu
pengadukan suatu bahan obat
5.2 Saran
DAFTAR
KEPUSTAKAAN
Harrizul, Rivai. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia.
UI Press, Padang.
Jufri, Mahdi, dkk. 2004.Formulasi Gameksan dalam
Bentuk Mikroemulsi. Jurnal Volume 1 Nomor 3. Halaman :160 – 174. ISSN
:1693- 9883.
Martin, Alfred. 1990. Farmasi Fisik jilid 1 edisi
ketiga. Terjemahan dari Physical Pharmacy, oleh Yoshita. Penerbit Erlangga,
Jakarta.
LAMPIRAN
A. Pembuatan 500 ml NaOH 0,1 N
NaOH
Na+ + OH- ekuivalen = 1.
N=
eM 0,1 N = 1. M M = 0,1 M
M =
0,1
M =
0,1 M = gr
= 2 gram.
B. Pembuatan 500 ml KH2PO4 0,1 M
Mr
KH2PO4 = 122
M
=
0,1
M = gr
= 6,8 gram .
C. Penentuan berat asam
benzoate yang larut.
1.
pH = 9,5
berat asam benzoat = berat asam benzoate awal –
berat endapan
= 0,2 gram – 0,006 = 0,194 gram
2.
pH = 9,7
berat
asam benzoat = berat asam benzoate awal – berat endapan
= 0,2 gram – 0,036 = 0,164
3.
pH = 9,9
berat
asam benzoat = berat asam benzoate awal – berat endapan
= 0,2 gram – 0,029 = 0,171 gram
4.
pH = 10,1
berat
asam benzoat = berat asam benzoate awal – berat endapan
= 0,2 gram – 0,104 = 0,096 gram
5.
pH = 10,3
berat
asam benzoat = berat asam benzoate awal – berat endapan
= 0,2 gram – 0,0419 = 0,1581 gram
D. Penentuan kelarutan
instrinsik asam benzoat (So)
ü pH = 9,5 , V = 10 + 0,5 = 10,5 ml = 0,0105 L
So
= = = 0,156
ü pH = 9,7 , V = 10 + 0,9 = 10,9 ml = 0,0109 L
So
= = = 0,150
ü pH = 9,9 , V = 10 + 1,2 = 11,2 ml = 0,0112 L
So
= = = 0,146
ü pH = 10,1 , V = 10 + 1,7 = 11,7 ml = 0,0117 L
So
= = = 0,140
ü pH = 10,3 , V = 10 + 2 = 12 ml = 0,012 L
So
= = = 0,137
E. Penentuan kelarutan semu asam benzoat
a)
Kelarutan semu asam
benzoate
ü Untuk pH = 9,5 , Pka = 4,21
S
= +
= (0,156)(194984,46) + (0,156) = 30417,731
ü Untuk pH = 9,7 , Pka = 4,21
S
= +
= (0,150)(309029,543) + (0,150) = 46354,581
ü Untuk pH = 9,9 , Pka = 4,21
S
= +
= (0,146)(489778,819) + (0,146) = 71507,853
ü Untuk pH = 10,1 , Pka = 4,21
S
= +
= (0,140)(776247,116) + (0,140) = 108674,736
ü Untuk pH = 10,3, Pka = 4,21
S
= +
= (0,137)(1230268,771) + (0,137) =
168546,958.
b)
Penurunan rumus S dari
pH
pH
= pKa + log
=
log
Log
= log
= log
=
( ) =
= ( ) +
F. Tabel hubungan pH
larutan dapar fosfat dengan kelarutan semu asam benzoate.
No
|
pH
|
Kelarutan semu
|
1
|
9,5
|
30417,731
|
2
|
9,7
|
46354,581
|
3
|
9,9
|
71507,853
|
4
|
10,1
|
108674,736
|
5
|
10,3
|
168546,958.
|
Comments
Post a Comment