LAPORAN PRAKTIKUM
FISIKA FARMASI
PERCOBAAN 1
KOEFISIEN PARTISI
OLEH
KELOMPOK V
NISA ULMUDDRIKA (1308109010012)
WAKINI (1308109010011)
PRODI FARMASI
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN
ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
TAHUN 2014
HALAMAN
PENGESAHAN
PRAKTIKUM
FISIKA FARMASI
PERCOBAAN
1
1.
Judul Percobaan : Koefisien Partisi
2.
Tujuan Percobaan : Memperkenalkan konsep dan proses pendukung
sistem kelarutan obat dan menentukan parameter kelarutan obat.
3.
Tempat Percobaan : Laboratorium Fisika Farmasi
4.
Hari, Tanggal
Bulan Tahun : Jum’at, 21 Februari 2014
5.
Kelompok : V
a.
Nama Praktikan : Nisa Ulmuddrika
NIM : 1308109010012
Prodi : Farmasi
b.
Nama Praktikan : Wakini
NIM : 1308109010011
Prodi : Farmasi
Banda
Aceh, 28 Februari 2014
Catatan Asisten, Praktikan
1,
.................................................................
................................................................. Nisa Ulmuddrika
................................................................. NIM.1308109010012
.................................................................
.................................................................
Nilai
:............. Praktikan
2,
Wakini
Asisten
Percobaan 1, NIM.
1308109010011
ABSTRAK
Telah dilakukan percobaan yang berjudul
“Koefisien Partisi ”. Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui
pengaruh pH terhadap partisi obat yang bersifat asam lemah dalam campuran
pelarut kloroform-air. Prinsip percobaan ini adalah menentukan kelarutan asam
salisilat dalam fase kloroform-air. Metode yang digunakan adalah spektrofotometri
UV yaitu metode analisis dalam penentuan
panjang gelombang maksimal, pengukuran serapan sampel, perhitungan kadar asam
salisilat dalam sampel air dan klorofm. Hasil yang
didapat dari percobaan ini adalah ukuran nilai pH dapat mempengaruhi nilai
absorbansi dan koefisien partisi obat dalam larutan. Kesimpulan percobaan ini
adalah semakin besar pH maka semakin meningkat pula nilai absorbansinya dan
semakin kecil koefisien partisi obat atau zat
terlarut lainnya.
Kata Kunci : Koefisien Partisi,Absorbansi, Spektrofotometri UV.
ABSTRACT
Have performed experiments titled
"Partition Coefficient" with the aim to determine the effect of pH on
the partition weakly acidic drug in chloroform solvent-water mixtures. The principle of this experiment are to determine
the solubility of salicylic acid in chloroform-water phase. The method used is UV spectrophotometry is the method of analysis in the determination of the wavelength of maximum absorbance measurement samples, the calculation of the levels of salicylic acid in a sample of water and chloroform. The results
obtained from this experiment is a measure of the pH value can affect the absorbance values and the partition coefficient of the drug in larutan. The conclusion of this experiment are greater also increase the pH of the absorbance values and the smaller partition coefficient of drugs or other solutes.
Keywords: Partition
Coefficient, Absorbance, UV spectrophotometry.
PRAKATA
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat
Allah SWT yang telah memberikan kesempatan, kesehatan, dan kemampuan sehingga
kami dapat menyelesaikan laporan fisika farmasi yang berjudul “Koefisien Partisi”. Shalawat dan salam kami
sampaikan pada pahlawan revolusi alam, Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan
para sahabatnya. Karena perjuangan dan kegigihannya lah telah memberikan tauladan baik sehingga akal dan fikiran penyusun
mampu menyelesaikan laporan ini, semoga kita termasuk umatnya yang kelak
mendapatkan syafa’at dalam menuntut ilmu.
Tujuan kami membuat laporan ini adalah
untuk menambah wawasan dan pengetahuan serta untuk lebih memahami tentang
materi yang kami praktikumkan pada mata kuliah fisika farmasi ini. Kami harap
laporan ini dapat bermanfaat bagi kami sebagai penyusun maupun bagi pembaca.
Menyelesaikan laporan ini, kami telah
mendapatkan banyak sekali bimbingan dan arahan dari kakak-kakak asisten. Kami
ucapkan terima kasih kepada kakak asisten yang telah membantu kami dalam
melakukan praktikum maaupun dalam arahan untuk pembuatan laporan ini. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada kelompok 5 yang juga telah membantu dalam praktikum dan saat penyelesaian laporan ini.
Kami
menyadari bahwa dalam
penulisan laporan ini masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan baik
dari segi penyajian, bahasan maupun dari segi materi. Oleh karena itu, dengan
segala kerendahan hati kami mengharapkan saran serta kritik yang bersifat membangun
dari kakak asisten maupun teman-teman demi penyempurnaan laporan ini.
Demikianlah
yang dapat kami sampaikan, lebih dan kurang kami mohon maaf. Atas perhatiannya
kami ucapkan terima kasih.
Banda Aceh, 28 Februari
2014
Tim Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Koefisien
partisi merupakan suatu informasi penting karena dapat digunakan untuk
memperkirakan proses absorpsi, distribusi, dan eliminasi obat di dalam tubuh.
Pengetahuan tentang koefisien partisi dapat digunakan untuk memperkirakan onset
kerja obat atau durasi kerja obat serta mengetahui apakah obat akan bekerja
secara aktif.
Pengetahuan
tentang koefisien partisi penting untuk ahli farmasi, karena prinsip ini
melibatkan beberapa bidang ilmu farmasetik. Terutama mengetahui bentuk dan
ukuran molekul obat, kelarutan dalam air, kelarutan dalam lemak (lipoid),
derajat ionisasi dan khasiat obat. Karena Tidak semua jumlah obat yang
diabsorpsi dari tempat pemberian akan mencapai sirkulasi sistemik.
1.2
Rumusan
Masalah
Percobaan ini memiliki rumusan masalah sebagai
berikut :
1.
Apa definisi dari koefisien partisi ?
2. Apa definisi dari larutan
dapar ?
3. Bagaimana cara menentukan
koefisien partisi?
4. Bagaimana pengaruh pH
terhadap koefisien partisi
5. Bagaimana cara kerja
spektrofotometer?
1.3
Tujuan
Percobaan
Tujuan
dari percobaan ini adalah untuk mengetahui pengaruh pH terhadap partisi obat
yang bersifat asam lemah dalam campuran
pelarut kloroform-air.
1.4 Manfaat Percobaan
Manfaat dari percobaan ini
adalah
1.
Menambah ilmu pengetahuan dan wawasan praktikan tentang koefisien
partisi.
2. Mengetahui cara
menetukan koefisien partisi.
3. Mengetahui pengaruh pH terhadap koefisien partisi
4. Memahami bagaimana kerja spektrofotometer.
BAB
II
TINJAUAN
KEPUSTAKAAN
Koefisien partisi adalah
distribusi kesetimbangan dari analit antara fase sampel dan fase gas, dan ksetimbangan
dari perbandingan kadar zat antara dua fase. Koefisien partisi minyak – air adalah suatu petunjuk sifat lipofilik atau hidrofobik dari moleku lobat. Lewatny aobat melalui
membrane lemak dan interaksi dengan makro molekul pada reseptor kadang-kadang berhubungan
baik dengan koefisien partisi oktanol/air dari obat. Pada bagian terakhir,
distribusi molekul obat diantara pelarut tidak tercampur bersama-sama dengan beberapa
penerapan penting tentang partisi.(Martin, 1990).
Pemahaman tentang Koefisien
partisi dan efek pH terhadap koefisien partisi berguna sehubungan dengan ekstraksi
dan kromatrografi obat-obat. Koefisien partisi untuk suatu senyawa (P)/(APC)
dapat dinyatakan secara sederhana sebagai berikut:
Dimana : C0 = Konsentrasi zat dalam
dua fasa organik.
Cw = Konsentrasi zat dalam fasa cair (Watson.G,2009).
Koefisien Partisi
pertama kali dihubungkan dengan aktifitas biologis obat-obatan penekan system
saraf pusat, yakni efekhipnotik dan anestesi. Mereka menyebutnya sebagai teori lemak,
sebagai berikut:
1.
Senyawa kimia yang tidak reaktif dan mudah
larut dalam lemak seperti eter, hydrocarbon, dan hidrokarbon terhelogenasi dapat
memberikan efek narcosis pada jaringan hidup sesuai dengan kemampuannya untuk terdistribusi
kedalam jaringan sel.
2.
Efek terlihat jelas terutama pada sel-sel
yang banyak mengandung lemak, seperti selsaraf, dan dinding sel usus.
3.
Efesiensi anestasi atau hipnotikter gantung
pada koefisisen partisi lemak/air atau distribusi senyawa dalam fasa lemak dan fasa
air jaringan (sukardjo,1995).
Kromatografi
partisi adalah sama dengan pengocokan kontinu dengan prinsip partisi multilkikatif,
dengan bentuk sama. Daya pemisahannya memang
sangat baik. Prosedur kromatografi merupakan metode pemisahan. Dibandingkan metode
pemisahan klasik seperti destilasi, kristalisasi, pengendapan ekstraksi dan
lain-lain, mempunyai keuntungan dalam pelaksanaan yang lebih sederhana. Penggunaan
waktu yang singkat terutama karena mempunyai kepekaan yang tinggi serta kemampuan
memisahkan yang tinggi. Pemisahan campuran senyawa melalui kromatografi partisi
didasarkan atas koefisien partisi setiap zat yang berbeda dalam dua fase cairan
yang tidak bercampur (anonim, 1985).
BAB III
METODOLOGI
PERCOBAAN
3.1. WaktudanTempat
Percobaan Fisika Farmasi
yang berjudul “Koefisien Partisi” ini dilakukan pada tanggal 7 Maret 2014 pukul
14.00
sampai
dengan 18.00 WIB. Percobaan ini dilakukan di laboratorium Fisika Farmasi yang
bertempat di Gedung
Training Center
Universitas
Syiah Kuala (TC-Unsyiah).
3.2. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan pada
percobaan ini adalah batang pengaduk, filler, gelas kimia (50 dan 1000 mL), hot
plate, kaca arloji, labu ukur (100 dan 250 mL),
penangas air/incubator, pH meter, pipet tetes, pipet volume 10 mL, spatula,
spektrofotometer UV-VIS, stopwatch, dan thermometer.
Bahan-bahan
yang digunakan pada percobaan ini antara
lain Aluminium
foil, Asam Salisilat, FeCl3, Kloroform dan NaOH.
3.3.
Prosedur
Percobaan
3.3.1. Pembuatan
Reagensia
a.
Pembuatan
250 ml NaOH 0,1 N
NaOH ditimbang sebanyak 1 gram dan dimasukkan kedalam
gelas kimia. Kemudian NaOH dilarutkan dengan aquadest didalam gelas kimia.
Dipindahkan kedalam labu takar 250 mL dengan penambahan aquadest sampai tanda
batas. Digojog perlahan.
b.
Pembuatan 100 mL asam salisilat 0,1 N
Asam Salisilat ditimbang sebanyak 1,3 gram dan masukkan kedalam gelas kimia.
Kemudian larutkan dengan aquadest. Setelah larut, pindahkan larutan kedalam labu takar 100
mL dengan penambahan
aquadest
sampai tanda batas. Digojog perlahan.
c.
Pembuatan 50 mL FeCl3 1%
FeCl3 ditimbang
sebanyak 0,5 gram dan
dimasukkan dalam gelas kimia. Kemudian dilarutkan dengan menggunakan aquades. Setelah larut, pindahkan kedalam labu
takar 50
mL dan tambahkan
aquadest
sampai tanda batas. Tutup dan gojog
perlahan.
d. Pembuatan larutan standar asam
salisilat 1, 2, 3, 4, dan 5 ppm
Dimasukkan
100 mL Asam
Salisilat kedalam labu ukur 250 mL. Ditambahkan 2 mL
FeCl3 1%. Dikocok hingga homogen. Ditambahkan aquadest hingga tanda batas, tutup dan gojog
hingga homogen. Lakukan hal serupa
untuk 1, 2, 3,
dan 4 ppm.
e.
Pembuatan larutan dapar salisilat pH 3,
4, dan 5
Diambil 25 mL C6H7O3 (Asam Salisilat)
0,1 M dan masukkan
kedalam gelas kimia
50 mL. Lakukan pengukuran pH dengan pH meter. Kemudian Dititrasi dengan NaOH 0,1 M hingga mencapai pH yang diinginkan. Dicatat volume
NaOH yang habis dititrasi0,1 M.
3.3.2. Persiapan
Sampel
Dipersiapkan larutan dapar salisilat pH 3 yang telah dititrasi dengan NaOH sebelumnya (dalam
gelas kimia 50 mL), kemudian tambahkan
10 mL kloroform. Ditutup dengan Aluminium
foil. Diinkubasi 15 menit pada suhu 35oC.
kemudian pindahkan kedalam corong pisah. Corong pisah dikocok. Dibuang gas kloroform yang
terbentuk dan lakukan
pengocokan terus-menerus hingga gas kloroform tidak terbentuk kembali. Dipidahkan
fase air dan lipoid. Diukur
volume kedua fase. Ditambahkan 1 mL FeCl3 1% pada kedua fase yang telah dipisah, kemudian kocok
hingga homogen. Lakukan perlakuan yang sama untuk pH 4 dan 5.
3.3.3. Pengukuran Spektofotometer UV/VIS
Disiapkan sampel, kemudian ukur panjang gelombang
maksimum (λmaks) percobaaan. Ukur absorbansi masing-masing larutan
standar Asam Salisilat pada λmaks percobaan.
Kemudian ukur absorbansi kedua fase (fase air dan lipoid) untuk masing-masing
PH pada λmaks percobaan.
BAB IV
DATA
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Data Hasil Pengamatan
Tabel 4.1 Volume
NaOH 0,1 N yang dibutuhkan pada dapar salisilat
No
|
pH awal
|
pH akhir
|
Asam salisilat 0,1 N (mL)
|
NaOH 0,1 N (mL)
|
1
|
2,11
|
3
|
25
|
3,7
|
2
|
2,09
|
4
|
25
|
4,2
|
3
|
2,09
|
5,6
|
25
|
4,7
|
Tabel 4.2 Volume fase air dan lipoid
(kloroform)
No
|
pH
|
Fase (mL)
|
|
Air
|
Kloroform
|
||
1
|
3
|
26
|
7
|
2
|
4
|
24
|
7
|
3
|
5,6
|
25
|
8
|
Tabel 4.3 Panjang gelombang maksimum
(λ) asam salisilat
No
|
Panjang gelombang (λ), nm
|
Absorbansi (A)
|
1
|
296
|
0,071
|
Tabel 4.4 Absorbansi larutan standar
No
|
Konsentrasi standar (ppm)
|
Absorbansi (A)
|
1
|
1
|
0,027
|
2
|
2
|
0,036
|
3
|
3
|
0,071
|
4
|
4
|
0,083
|
5
|
5
|
0,109
|
Tabel 4.5 Absorbansi sampel sebelum
pengenceran
No
|
pH
|
Absorbansi (A)
|
|
Fase air
|
Fase kloroform
|
||
1
|
3
|
4
|
3,976
|
2
|
4
|
4
|
3,884
|
3
|
5,6
|
4
|
0,156
|
Tabel 4.6 Absorbansi sampel setelah
pengenceran
No
|
pH
|
Absorbansi (A)
|
|
Fase air
|
Fase kloroform
|
||
1
|
3
|
0,547
|
0,821
|
2
|
4
|
0,544
|
0,544
|
3
|
5,6
|
0,319
|
0,107
|
4.2
Pembahasan
Koefisien
partisi lipida-air suatu obat adalah perbandingan kadar obat dalam fase lipoid
dan fase air setelah dicapai kesetimbangan. Koefisien partisi lipida-air adalah
suatu petunjuk sifat lipofilik atau hidrofobik dari molekul obat. Lewatnya obat
melalui membran lemak dan interaksi dengan makromolekul pada reseptor
kadang-kadang berhubungan baik dengan koefisien partisi oktanol/air dari obat.
Percobaan
ini menggunakan bahan obat yaitu asam salisilat. Asam salisilat berbentuk
hablur ringan atau serbuk berwarna putih, hamper tidak berbau, rasa agak manis
dan tajam. Asam salisilat digunakan pada percobaan ini karena memiliki tingkat
kelarutan yang tinggi di dalam kloroform. Sehingga kita juga bisa melihat
seberapa besar tingkat absorbansinya dan panjang gelombang maksimumnya.
Pengujian
absorbansi dan panjang gelombang maksimum ini menggunakan metode
spektofotometri, yaitu salah satu metode dalam kimia analisis yang digunakan
untuk menentukan komposisi suatu sampel baik secara kuantitatif dan kualitatif
yang didasarkan pada interaksi antara materi dengan cahaya. Peralatan yang
digunakan dalam spektrofotometri adalah spektrofotometer (Gambar 4.1). Cahaya
yang dimaksud dapat berupa UV, visible, dan inframerah, sedangkan materi dapat
berupa atom dan molekul namun yang lebih berperang dalam electron valensi.
Gambar 4.1 Spektrofotometer
Spektrofotometer
yang kita gunakan adalh spektrofotometer UV-VIS (sinar tampak).
Spektrofotometer UV-VIS
menggunakan kuvet sebagai tempat sampel. Kuvet biasanya terbuat dari kuarsa
atau gelas, namun kuvet dari kuarsa yang terbuat dari silika memiliki kualitas
yang lebih baik. Hal ini disebabkan yang terbuat dari kaca dan plastik dapat
menyerap UV sehingga penggunaannya hanya pada spektrofotometer sinar tampak
(VIS). Cuvet biasanya berbentuk persegi panjang dengan lebar 1 cm.
Sebelum menggunakan spektrofotometer,
yang harus dipersiapkan terlebih dahulu adalah reagen dan sampel yang akan
diuji menggunakan spektrofotometer. Larutan dapar salisilat di buat dengan cara
menambahkan NaOH 0,1 N dalam larutan asam salisilat hingga pH-nya menjadi 3, 4,
dan 5,6. Dapar salisilat dengan pH 3, 4, dan 5,6 yang telah ditambahkan
kloroform (dilakukan diruang terbuka karena tidak diinkubasi, kloroform dapat
menidurkan) dimasukkan dalam corong pisah yang bertujuan untuk melihat apakah
air dan kloroform berpisah atau tidak. Hasilnya air berada di atas dan
kloroform berada di bawah, ini terjadi karena massa jenis air lebih tinggi
daripada massa jenis kloroform. Setelah dipisahkan air dan kloroform pada tempat
yang berbeda, diteteskan dengan FeCl3 yang bertujuan untuk
menentukan fase air dengan menggunakan spektrofotometer untuk mengukur
absorbansi dari masing-masing pH dan untuk menghitung APC-nya. Karena ketika
menggunakan spektrofotometer, bahan yang ingin dianalisa harus mempunyai warna
sehingga dapar salisilat yang bening harus ditetesi dengan FeCl3
agar dapat terbaca oleh spektrofotometer.
Penggunaan larutan dapar adalah
untuk mempertahankan pH yang diinginkan supaya tidak berubah ketika ditambahkan
sedikit asam atau sedikit basa. Berdasarkan teori, absorbansi adalah banyaknya
cahaya yang diserap oleh larutan tetapi larutan yang diserap tersebut hanyalah
larutan yang berwarna. Absorbansi berbanding lurus dengan koefisien partisi.
Dan semakin besar koefisien suatu larutan semakin sulit terabsorbsi. Dari
percobaan ini didapatkan nilai absorbansi fase kloroform (sebagai sampel
pembahasan) setelah diencerkan untuk pH
3 adalah 0,0821. Untuk pH 4 yaitu 0,544 dan untuk pH 5,6 yaitu 0,107 (dapat
dilihat pada Grafik 4.1).
Grafik
4.1 Hubungan pH terhadap absorbansi
Jika dilihat dari data hasil
percobaan yang dilakukan, maka berbanding terbalik dengan teori yang ada.
Karena dari percobaan ini menunjukkan bahwa semakin tinggi pH maka semakin
rendah absorbansinya. Mungkin terjadi kesalahan ketika membuat larutan dapar
salisilat atau mungkin disebabkan karena kurang meratanya konsentrasi FeCL3
yang ditambahkan pada masing-masing larutan dapar.
Grafik
4.2 Hubungan APC terhadap perubahan pH
Karena absorbansinya telah diketahui
maka koefisien dapat ditentukan melalui persamaan matematis. Sehingga dapat
diketahui hubungan koefisien terhadap perubahan pH. Dari hasil perhitungan
(lihat lampiran), dapat dilihat bahwa nilai koefisien partisi semu (APC) untuk
pH 3, 4, dan 5,6 adalah 2170,62; 627 dan 152,19. Dimana data ini menunjukkan
bahwa perubahan pH berbanding terbalik terhadap koefisien partisi semu. Ini
sesuai dengan teori yang ada yang menyatakan bahwa semakin tinggi nilai pH maka
semakin rendah nilai koefisien partisi semunya. Dari grafik 4.2 juga dapat
dilihat data yang menunjukkan bahwa APC berbanding terbalik terhadap perubahan
pH.
Bahan-bahan obat yang larut dalam
lipid adalah bahan-bahan obat yang bersifat asam lemah seperti asam salisilat,
asam benzoate, asetosal, asam folat, dll.
Koefisien partisi dalam bidang
farmasi merupakan suatu informasi yang sangat penting karena dapat digunakan
untuk memperkirakan kerja obat atau durasi kerja obat dan untuk mengetahui
apakah obat akan bekerja secara aktif. Koefisien partisi juga dapat digunakan
sebagai parameter yang dapat menghubungkan aktivitas biologis suatu obat dalam
tubuh makhluk hidup dengan karakteristik fisika dan kimia obat itu sendiri. dengan
begitu farmasis dapat memperkirakan bagaimana suatu obat dapat terdistribusi
dengan baik di dalam tubuh.
BAB
V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan
bahwa :
1.
Nilai pH mempengaruhi koefisien partisi suatu
bahan obat yang bersifat asam lemah, di mana pH berbanding terbalik terhadap
koefisien partisi.
2.
Semakin besar nilai pH maka semakin
kecil nilai koefisien partisinya, begitupun sebaliknya.
3.
Nilai pH suatu larutan asam salisilat
berbanding lurus dengan nilai absorbansi, di mana semakin meningkat pH larutan
asam salisilat, maka semakin meningkat pula nilai absorbansinya.
5.2 Saran
LAMPIRAN
A.
Gambar
Hasil Percobaan
Comments
Post a Comment