LAPORAN PRAKTIKUM
FISIKA FARMASI
PERCOBAAN 1
KELARUTAN SEMU / TOTAL
OLEH
KELOMPOK V
NISA ULMUDDRIKA (1308109010012)
WAKINI (1308109010011)
PRODI FARMASI
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN
ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
TAHUN 2014
HALAMAN
PENGESAHAN
PRAKTIKUM
FISIKA FARMASI
PERCOBAAN
1
1.
Judul Percobaan : Koefisien Partisi
2.
Tujuan Percobaan : Memperkenalkan konsep dan proses pendukung
sistem kelarutan obat dan menentukan parameter kelarutan obat.
3.
Tempat Percobaan : Laboratorium Fisika Farmasi
4.
Hari, Tanggal
Bulan Tahun : Jum’at, 21 Februari 2014
5.
Kelompok : V
a.
Nama Praktikan : Nisa Ulmuddrika
NIM : 1308109010012
Prodi : Farmasi
b.
Nama Praktikan : Wakini
NIM : 1308109010011
Prodi : Farmasi
Banda
Aceh, 28 Februari 2014
Catatan Asisten, Praktikan
1,
.................................................................
................................................................. Nisa Ulmuddrika
................................................................. NIM.1308109010012
.................................................................
.................................................................
Nilai
:............. Praktikan
2,
Wakini
Asisten
Percobaan 1, NIM.
1308109010011
ABSTRAK
Telah dilakukan percobaan yang berjudul
“Kelarutan Intrinsik Obat”. Tujuan dari percobaan ini adalah untuk
memperkenalkan konsep dan proses pendukung sistem kelarutan obat dan menentukan
parameter kelarutan zat. Metode yang digunakan adalah titrasi dengan bahan baku
NaOH yaitu menghitung konsentrasi suatu larutan dengan menggunakan larutan yang
telah diketahui konsentrasinya. Hasil yang didapat dari percobaan ini adalah
semakin tinggi konstanta dielektriknya maka semakin larut asam salisilatnya.
Kata Kunci : Kelarutan, Kelarutan Intrinsik, Konsentrasi.
ABSTRACT
The
experiment that named "Intrinsic Solubility Drugs”. The objectives of this experiment were to
introduce the concept and process support
systems and determine
the solubility of the drug
substance solubility parameter. The method
used is titration with NaOH raw material which calculates
the concentration of a solution by using a solution of known concentration. The concluding of this experiment were
the higher the dielectric constant,
the more soluble salicylic acid
Keyword : Solubility, intrinsic solubility,
concentration.
PRAKATA
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat
Allah SWT yang telah memberikan kesempatan, kesehatan, dan kemampuan sehingga
kami dapat menyelesaikan laporan fisika farmasi yang berjudul “Kelarutan
Intrinsik Obat”. Shalawat dan salam kami
sampaikan pada pahlawan revolusi alam, Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan
para sahabatnya. Karena perjuangan dan kegigihannya lah telah memberikan tauladan baik sehingga akal dan fikiran penyusun
mampu menyelesaikan laporan ini, semoga kita termasuk umatnya yang kelak
mendapatkan syafa’at dalam menuntut ilmu.
Tujuan kami membuat laporan ini adalah
untuk menambah wawasan dan pengetahuan serta untuk lebih memahami tentang
materi yang kami praktikumkan pada mata kuliah fisika farmasi ini. Kami harap
laporan ini dapat bermanfaat bagi kami sebagai penyusun maupun bagi pembaca.
Menyelesaikan laporan ini, kami telah
mendapatkan banyak sekali bimbingan dan arahan dari kakak-kakak asisten. Kami
ucapkan terima kasih kepada kakak asisten yang telah membantu kami dalam
melakukan praktikum maaupun dalam arahan untuk pembuatan laporan ini. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada kelompok 5 yang juga telah membantu dalam praktikum dan saat penyelesaian laporan ini.
Kami
menyadari bahwa dalam
penulisan laporan ini masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan baik
dari segi penyajian, bahasan maupun dari segi materi. Oleh karena itu, dengan
segala kerendahan hati kami mengharapkan saran serta kritik yang bersifat membangun
dari kakak asisten maupun teman-teman demi penyempurnaan laporan ini.
Demikianlah
yang dapat kami sampaikan, lebih dan kurang kami mohon maaf. Atas perhatiannya
kami ucapkan terima kasih.
Banda Aceh, 28 Februari
2014
Tim Penyusun
DAFTAR
ISI
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................... i
ABSTRAK................................................................................................................... ii
ABSTRACT................................................................................................................. iii
PRAKATA................................................................................................................... iv
DAFTAR ISI............................................................................................................... v
DAFTAR TABEL........................................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR................................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.......................................................................................... 1
1.2. Tujuan Percobaan...................................................................................... 1
1.3. Rumusan Masalah...................................................................................... 2
1.4. Manfaat Percobaan.................................................................................... 2
BAB
II TINJAUAN KEPUSTAKAAN.................................................................. 5
BAB III METODE PERCOBAAN
. 3.1. Waktu dan
Tempat.................................................................................... 6
. 3.2. Alat dan Bahan.......................................................................................... 6
. 3.3.
Prosedur Percobaan................................................................................... 6
BAB IV DATA HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
1.1. Data Hasil Pengamatan............................................................................. 7
1.2. Pembahasan............................................................................................... 7
BAB V PENUTUP
. 5.1.
Kesimpulan................................................................................................ 9
. 5.2. Saran.......................................................................................................... 9
DAFTAR
PUSTAKA................................................................................................ 10
LAMPIRAN............................................................................................................... 11
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1.1 Data Hasil Pengukuran.......................................................................................
Tabel 4.1.2 Data Hubungan Volume
dan Konsentrasi Zat....................................................
Tabel 4.1.3 Data Hasil Konstanta
Dielektrik Zat..................................................................
DAFTAR GAMBAR
Gambar
4.1.1 Grafik Hubungan Konsentrasi dan Konstanta Dielektrik...............................
DAFTAR
LAMPIRAN
Lampiran 1 Perhitungan Hasil
Percobaan..........................................................
Lampiran 2 Gambar hasil
Percobaan .................................................................
Lampiran 3 Grafik Hubungan Konsentrasi
dan Konstanta Dielektrik..............
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kelarutan merupakan besaran kuantitatif
sebagai konsentrasi zat terlarut dalam larutan jenuh pada temperatur tertentu.
Kelarutan suatu zat terlarut dalam suatu
solven tertentu digambarkan sebagai like
dissolve like. Maksudnya yaitu suatu senyawa atau suatu zat akan melarutkan
yang strukturnya menyerupai senyawa atau zat tersebut yang didasarkan atas
polaritas antara solven dan solute. Hal ini didasarkan atas tetapan
dielektrikum, atau momen dipole, ikatan hydrogen, ikatan van der Walls (London)
atau ikatan elektrostatik yang lain.
Kelarutan
obat dapat dinyatakan dalam beberapa cara. Menurut Farmakope USA dan formulasi nasional,
kelarutan obat adalah jumlah mL pelarut dimana akan dilarutkan satu gram zat
terlarut. Kelarutan secara kuantitatif dapat dinyatakan dalam molalita,
molarita, dan persentase. Zat yang kelarutannya tidak diketahui pasti, harga
kelarutannya digambarkan dalam compendia farmasi dengan menggunakan istilah
umum tertentu.
Kelarutan dimaksudkan sebagai informasi dalam
penggunaan, pengolahan dan peracikan suatu bahan, kecuali bila disebutkan khusus dalam judul tersendiri dan disertai
cara ujinya secara kuantitatif. Mengetahui
kelarutan suatu bahan sangat penting dalam pembuatan sediaan farmasi. Oleh sebab
itu, penting bagi ahli farmasi untuk mempelajari tentang kelarutan intrinsik
obat dan mengetahui cara pemakaian spektrofotometer serta prinsip kerjanya.
Dengan menggunakan spektrofotometer dapat diketahui absorbansi dan konsentrasi
suatu sampel larutan.
1.2 Tujuan
Percobaan
Tujuan
dari percobaan ini adalah untuk memperkenalkan konsep dan proses pendukung
sistem kelarutan obat dan menentukan parameter kelarutan obat.
1.3 Rumusan Masalah
Percobaan ini memiliki rumusan masalah sebagai
berikut :
1.
Apa definisi dari kelarutan
intrinsik obat?
2.
Apa faktor yang mempengaruhi kelarutan suatu zat atau molekul obat?
1.4 Manfaat Percobaan
Manfaat dari percobaan ini
adalah
1.
Praktikan mengetahui bagaimana konsentrasi obat dalam sejumlah pelarut.
2. Praktikan mengetahui kelarutan obat dalam tubuh dan pengaruh
konstanta dielektrik obat berdasarkan grafik.
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1.
Pengertian
Secara kuantitatif
kelarutan didefinisikan sebagai konsentrasi zat terlarut dalam larutan jenuh pada
temperatur tertentu, sedangkan secara kualitatif kelarutan adalah interaksi
spontan dari dua atau lebih zat untuk membentuk dispersi molekuler homogen.
Banyaknya zat terlarut dapat menghasilkan larutan jenuh, larutan tidak jenuh
dan larutan lewat jenuh. Larutan jenuh adalah suatu larutan di mana zat
terlarut berada dalam jumlah maksimum pada temperatur tertentu. Suatu larutan
tidak jenuh atau hampir jenuh adalah suatu larutan yang mengandung zat terlarut
dalam konsentrasi di bawah konsentrasi yang dibutuhkan untuk penjenuhan
sempurna pada temperatur tertentu. Suatu larutan lewat jenuh adalah suatu
larutan yang mengandung zat terlarut dalam konsentrasi lebih banyak daripada
yang seharusnya ada pada temperatur tertentu, terdapat juga zat terlarut yang tidak
larut. Kelarutan dapat digambarkan secara benar dengan menggunakan aturan fase
Gibbs yaitu:
di mana F adalah jumlah derajat kebebasan,
yaitu jumlah variable bebas ( biasanya temperatur, tekanan, dan konsentrasi )
yang harus ditetapkan untuk menentukan sistem secara sempurna. C adalah jumlah
komponen terkecil yang cukup untuk menggambarkan komposisi kimia dari setiap
fase, dan P adalah jumlah fase (Martin, 1990).
Larutan mempunyai dua komponen
yaitu solute dan solvent. Solute merupakan
zat terlarut, sedangkan solvent merupakan
substansi yang melarutkan. Contoh sebuah larutan NaCl. NaCl merupakan zat
terlarutnya dan air merupakan pelarutnya. Kelarutan terdapat tiga materi yaitu
gas, padat, dan cair. Ketiga materi tersebut dimungkinkan memiliki sembilan
tipe larutan yang berbeda: padat dalam padat, padat dalam cairan, padat dalam
gas, cairan dalam cairan, cairan dalam padatan, cairan dalam gas, gas dalam
gas, gas dalam cairan, dan gas dalam padat. Namun dari berbagai macam tipe
larutan yang harus kita kenal adalah padatan dalam cairan, cairan dalam cairan,
gas dalam cairan serta gas dalam gas (Yazid. Estien, 2005).
2.3.
Faktor – faktor yang mempengaruhi
kelarutan
Kelarutan suatu zat akan bertambah seiring dengan meningkatnya
suhu. Kelarutan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu sifat alami dari solute dan solvent, efek dari temperatur terhadap tekanan, efek tekanan pada
temperatur, dan kelarutan dari zat
terlarut. Temperatur kelarutan dari pelarut akan mempengaruhi kelarutan zat
yang dilarutkan. Kebanyakan padatan yang bisa larut dalam liquid, maka kenaikan
temperatur akan sangat berdampak pada kenaikan kelarutan (Sukardjo, 1997).
Beberapa faktor yang
mempengaruhi kelarutan adalah:
ü Sifat polaritas zat terlarut dan pelarut
Aturan yang terkenal adalah like
dissolve like, diperoleh dari pengamatan bahwa molekul – molekul dari
distribusi muatan yang sama dapat larut secara timbal-balik, yaitu molekul
polar akan larut dalam media yang serupa yaitu polar, sedangkan molekul nonpolar
akan larut dalam media nonpolar.
ü Co-solvency
Campuran
pelarut untuk melarutkan zat tertentu banyak digunakan untuk membuat larutan
obat. Co-solvency dapat dipandang sebagai modifikasi polaritas sistem pelarut
terhadap zat terlarut ataau terbentuknya pelarut baru yang terjadinya interaksi
antar masing-masing individu pelarut dalam sistem campuran tidak mudah diduga.
ü Sifat kelarutan
Kelarutan zat
organik yang digunakan dalam farmasi umumnya adalah
a. Dapat larut dalam air
Semua garam klorida larut,
kecuali AgCl, PbCl2, Hg2Cl2, semua garam
nitrat larut, kecuali nitrat basa seperti bismuth subnitrat. Semua garam sulfat
larut, kecuali (sedikit larut).
b.Tidak
larut dalam air
Semua garam kakbonat tidak larut dalam air, kecuali 2CO3.
ü Temperatur
Beberapa zat padat ummunya bertambah larut
jika temperaturnya dinaikkan, dan dikatakan zat itu bersifat eksoterm. Beberapa
zat lain kenaikan temperatur justru menyebabkan zat itu tidak larut zat ini
dikatakan bersifat endoterm.
ü Salting Out dan Salting in
Salting Out adalah peristiwa adanya zat
terlarut tertentu yang mempunyai kelarutan lebih besar dibandingkan zat
utamanya sehingga menyebabkan penurunan kelarutan zat utama. Sedangkaan Salting
in adalah peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang mempunyai kelarutan lebih
kecil dibandingkan zat utamanya sehingga menyebabkan kenaikan kelarutan zat
utama.
ü Pembentukan Kompleks
Pembentukan kompleks adalah peristiwa
terjadinya interaksi antara senyawa tidak larut dan zat yang larut dengan
membentuk senyawa kompleks yang larut.
ü Common ion effect ( effek ion bersama)
Obat yang tidak larut sering dibuat
suspense. Ada keseimbangan antara partikel padat dengan larutan jenuhnya.
2.4
Keuntungan dan Kerugian bentuk Larutan
Keuntungan larutan adalah campurannya homogen, dosisnya
dapat diubah-ubah dalam pembuatan, dapat diberikan dalam larutan encer, sedangkan
kapsul dan tablet sulit diencerkan, kerja awal obat lebih cepat karena obat
cepat di absorpsi, mudah diberi pemanis, bau-bauan dan warna dan hal ini cocok
untuk pemberian obat pada anak-anak, untuk pemakaian luar, dan bentuk larutan mudah digunakan. Kerugian
larutan adalah volume larutannya lebih besar, ada obat yang tidak stabil dalam
larutan, dan ada obat yang sukar ditutupi rasa dan baunya dalam larutan
(Syamsuni, 2007).
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1. Waktu dan Tempat
Percobaan Fisika Farmasi yang bejudul “Kelarutan
Instrinsik Obat” ini dilakukan pada tanggal 18 Februari 2014 pukul 14.30 sampai
dengan 18.00 WIB. Percobaan ini dilakukan di laboratorium Fisika Farmasi yang
bertempat di gedung Training Centre Universitas Syiah Kuala (TC-Unsyiah).
3.2. Alat dan Bahan
Alat
yang digunakan pada percobaan ini adalah
batang pengaduk, buret 50 ml, erlenmeyer 100 ml, filler, gelas kimia 100, 250
dan 1000 mL, labu ukur 100 dan 250 mL, pipet tetes, pipet volum 10 ml, spatula,
statif dan klem, dan timbangan analitik.
Bahan
yang digunakan pada percobaan ini adalah, aquades, asam oksalat, asam salisilat, etanol, fenolftalein,kertas
saring, NaOH, propile glikol dan tissu.
3.3. Prosedur Percobaan
3.3.1 Pembuatan Reagensia
a)
Pembuatan 1 L aquades bebas CO2
Diambil 1 L aquades, lalu dimasukkan dalam
erlenmeyer. Didihkan dengan kompor listrik, kemudian disumbat mulut erlenmeyer
dengan kapas. Ditunggu hingga dingin kemudian disimpan pada botol reagen.
b)
Pembuatan 500 mL NaOH 0,1 N yang dibakukan dengan
Ditimbang NaOH sebanyak 2
gram, kemudian dilarutkan menggunakan aquades. Dimasukkan dalam labu takar 500
mL, lalu ditambahkan aquades hingga batas 500 mL. Dikocok secara perlahan dan
dilakukan pembakuan dengan dengan buret.
c)
Pembuatan
50 mL Indikator PP 10 %
Ditimbang sebanyak 0,5 gram, lalu dimasukkan dalam gelas kimia 50
mL dan diaduk perlahan. Dipindahkan dalam labu ukur 50 mL, kemudian ditambahkan
etanol sampai tanda batas. Dikocok hingga homogen lalu dipindahkan ke tempat
penyimpanan dan ditutup.
3.3.2 Prosedur
Pengukuran
1. Pembakuan NaOH 0,1 N
Ditimbang
0,5 gram yang dimasukkan dalam gelas kimia 100 mL, lalu
ditambahkan 50 mL H2O bebas CO2 dan diaduk hingga larut.
Dipindahkan ke labu ukur 100 mL. Dibilas corong, batang pengaduk dan gelas
kimia dengan H2O bebas CO2, kemudian dipindahkan air
bilasan ke dalam labu ukur. Ditambahkan aquades bebas CO2 hingga batas. Dikocok hingga homogen. Dipipet masing-masing 10 mL
ke dalam 3 buah erlenmeyer 100 mL, lalu ditambahkan 2 tetes indikator PP ke
dalam erlenmeyer. Dititrasi dengan NaOH 0,1 N hingga terbentuk warna merah
muda.
2. Pengukuran
a.
Larutan H2C2O4 pertama
Diambil 6 ml aquades (H2O) dan
dimasukkan ke dalam gelas kimia. Kemudian ditamabahkan 4 ml propilen glikol. Ditambahkan
1 gram asam salisilat dan diaduk selama
10 menit. Disaring dengan kertas saring kemudian dimasukkan ke dalam erlenmeyer.
Ditambahkan dua tetes fenoftalein kemudian dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N.
b.
Larutan H2C2O4 Kedua
Diambil 6 ml aquades (H2O) dan
dimasukkan ke dalam gelas kimia. Ditambahkan 3,5 ml larutan propilen glikol dan
etanol 0,5 ml. Ditambahkan 1 gram asam salisilat lalu diaduk selama 10 menit. Disaring
dengan kertas saring kemudian dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Ditambahkan dua
tetes fenoftalein kemudian dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N
c.
Larutan H2C2O4 Ketiga
Diambil 6 ml aquades (H2O) dan
dimasukkan ke dalam gelas kimia. Ditambahkan 3 ml larutan propilen glikol dan etanol 1 ml. Ditambahkan
1 gram asam salisilat . Diaduk selama 10 menit. Disaring dengan kertas saring
kemudian dimasukkan ke dalam Erlenmeyer. Ditambahkan dua tetes fenoftalein. Dititrasi
dengan larutan NaOH 0,1 N.
d.
Larutan H2C2O4 Keempat
Diambil
6 ml aquades (H2O) dan dimasukkan ke dalam gelas kimia. Ditambahkan
2 ml larutan propilen glikol dan etanol 2 ml. Ditambahkan 1 gram asam salisilat
kemudian diaduk selama 10 menit. Disaring dengan kertas saring kemudian
dimasukkan ke dalam Erlenmeyer. Ditambahkan dua tetes fenoftalein. Dititrasi
dengan larutan NaOH 0,1 N.
e.
Larutan H2C2O4 Kelima
Diambil
6 ml aquades (H2O) dan dimasukkan ke dalam gelas kimia. Ditambahkan
1 ml larutan propilen glikol dan 3 ml etanol. Ditambahkan 1 gram asam salisilat
lalu diaduk selama 10 menit. Disaring dengan kertas saring kemudian dimasukkan
ke dalam Erlenmeyer. Ditambahkan dua tetes fenoftalein. Dititrasi dengan
larutan NaOH 0,1 N.
f.
Larutan H2C2O4 Keenam
Diambil
6 ml aquades (H2O) dan dimasukkan ke dalam gelas kimia. Ditambahkan
0,5 ml larutan propilen glikol dan
etanol 3,5 ml. Ditambahkan 1 gram asam salisilat lalu diaduk selama 10 menit. Disaring
dengan kertas saring kemudian dimasukkan ke dalam Erlenmeyer. Ditambahkan dua
tetes fenoftalein. Dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N.
g.
Larutan H2C2O4 Ketujuh
Diambil
6 ml aquades (H2O) dan dimasukkan ke dalam gelas kimia. Ditambahkan
4 ml etanol. Ditambahkan 1 gram asam salisilat lalu diaduk selama 10 menit. Disaring
dengan kertas saring kemudian dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Ditambahkan dua
tetes fenoftalein. Dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N.
BAB IV
DATA HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Data Hasil Pengamatan
Tabel 4.1.1. Data Hasil
Pengukuran
No
|
Volume (ml)
|
Volume NaOH 0,1 N (ml)
|
||
Air
|
Etanol
|
Propilen Glikol
|
||
1
|
6
|
0
|
4
|
29.1
|
2
|
6
|
0.5
|
3.5
|
5.9
|
3
|
6
|
1
|
3
|
7.5
|
4
|
6
|
2
|
2
|
13.4
|
5
|
6
|
3
|
1
|
2.7
|
6
|
6
|
3.5
|
0.5
|
3.4
|
7
|
6
|
4
|
1
|
2
|
Tabel 4.1.2. Data Hubungan Volume dan
Konsentrasi Zat
No
|
Volume NaOH (ml)
|
Konsentrasi NaOH (M)
|
Volume Asam Salisilat (ml)
|
Konsentrasi Asam Salisilat (ml) (M)
|
1
|
29.1
|
0.1
|
10
|
0.291
|
2
|
5.9
|
0.1
|
10
|
0.059
|
3
|
7.5
|
0.1
|
10
|
0.075
|
4
|
13.4
|
0.1
|
10
|
0.134
|
5
|
2.7
|
0.1
|
10
|
0.027
|
6
|
3.4
|
0.1
|
10
|
0.034
|
7
|
2
|
0.1
|
10
|
0.02
|
Tabel 4.1.3. Konstanta
Dielektrik Zat
No
|
Ô‘ Air
|
Ô‘ Etanol
|
Ô‘ Propilen Glikol
|
Ô‘ Pelarut Campur
|
Konsentrasi Asam Salisilat (M)
|
1
|
48.24
|
0
|
20
|
68.24
|
0.291
|
2
|
48.24
|
1.285
|
17.5
|
67.025
|
0.059
|
3
|
48.24
|
2.57
|
15
|
65.81
|
0.075
|
4
|
48.24
|
3.855
|
7.5
|
59.595
|
0.134
|
5
|
48.24
|
7.71
|
5
|
60.95
|
0.027
|
6
|
48.24
|
8.995
|
2.5
|
59.735
|
0.034
|
7
|
48.24
|
10.28
|
0
|
58.52
|
0.02
|
4.2. Pembahasan
Kelarutan adalah konsentrasi
zat terlarut dalam larutan jenuh pada temperatur tertentu atau interaksi
spontan dari dua atau lebih zat untuk membentuk dispersi molekuler homogen. Kelarutan obat adalah jumlah ml pelarut di
mana akan larut 1 gram zat terlarut. Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan suatu zat adalah pH larutan, tekanan,
temperatur, viskositas zat, pengadukan, jenis pelarut, bentuk dan ukuran
partikel, konstanta dielekrik pelarut, surfaktan, dan efek garam. Kelarutan
intrinsik obat adalah jumlah obat yang larut dalam pelarut. Kelarutan intrinsik
obat berperan penting dalam ilmu farmasi yaitu berhubungan dengan reaksi obat.
Kebanyakan reaksi berlangsung dalam larutan air. Cairan dalam tubuh manusia
terdapat aneka ragam senyawa kimia. Tubuh manusia menyerap mineral, vitamin
atau obat yang tersedia dalam bentuk larutan. Obat-obatan biasanya merupakan
larutan air atau alkohol dari senyawa biologis aktif. Banyak reaksi-reaksi
kimia obat di laboratorium atau industri terjadi dalam bentuk larutan.
Mempelajari kelarutan sangat memberi manfaat yang sangat besar untuk ahli –
ahli farmasi. Membantu memilih medium pelarut yang paling baik untuk suatu obat
atau untuk mengkombinasikan obat. Manfaat yang lain membantu ahli farmasi
mengatasi kesulitan yang timbul saat pembuatan larutan farmasetis. Pengetahuan
mengenai kelarutan ini juga dapat memberikan informasi mengenai struktur obat
dan gaya antarmolekul obat.
Percobaan ini menggunakan
metode titrasi dengann bahan baku NaOH, untuk menghitung konsentrasi suatu zat
terlarut. Zat terlarut yang dipakai adalah asam salisilat sebanyak 1 gram.
Pelarut yang digunakan adalah pelarut campur yang terdiri dari air, etanol dan
propilen glikol. Pelarut campur dibuat dalam 7 komposisi yang berbeda-beda. Uji
kelarutan dilakukan dengan melarutkan 1 gram asam salisilat ke dalam
masing-masing pelarut. Larutan yang diperoleh disaring dengan kertas saring.
Selanjutnya kadar asam salisilat ditentukan dengan titrasi asam basa
menggunakan penitrasi NaOH 0,1 N dan indikator phenolptalein.
Percobaan pertama diteteskan 2 tetes indikator
pp diikuti larutan selanjutnya ditetesi 5 tetes indicator pp dan kemudian
dititrasi. Titrasi dilakukan sampai terjadi perubahan warna dari bening menjadi merah muda. Warna yang
timbul berbeda kepekatannya. Hal ini terjadi karena pengaruh banyaknya
indicator pp yang diteteskan. Larutan yang diteteskan 5 tetes indikator pp
menghasilkanwarna lebih pekat dari larutan yang diteteskan 2 tetes indicator
pp. Indikator fenolftalein itu berfungsi sebagai indikator titrasi asam basa
dengan trayek pH 8,0 - 9,6
yang berfungsi untuk
mengetahui terjadinya suatu titik ekivalen dalam proses penitrasian.
Larutan pertama yang hanya diteteskan 2
tetes pp banyak menggunakan NaOH dalam titrasinya. NaOH 0,1 N dipakai sebagai
larutan standar yaitu larutan yang konsentrasinya ditentukan dengan suatu
proses standardisasi. Perubahan warna ini dapat atau tidak dapat terjadi tepat
pada titik ekivalen. Titik titrasi pada saat indikator berubah warna disebut
titik akhir. Titik ekuivalen yaitu titik saat jumlah mol larutan standar tepat
bereaksi dengan jumlah mol larutan sampel. Sedangkan titik akhir titrasi adalah
titik saat indikator menunjukkan gejala yang menandai bahwa titik ekuivalen
telah tercapai. Grafik terlihat bahwa semakin rendah konstanta dielektrik
pelarut campur yang digunakan, semakin besar
konsentrasi asam salisilat yang dapat larut di dalamnya. Konstanta
dielektrik etanol memiliki nilai yang rendah sehingga semakin besar jumlah
etanol dalam pelarut campur. Semakin rendah konstanta dielektrik dari pelarut
campur, semakin besar kelarutan dari asam salisilat. Begitu juga sebaliknya
semakin besar konstanta dielektrik dari pelarut campur, semakin kecil kelarutan
dari asam salisilat.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan adalah sebagai berikut:
1.
Warna yang timbul
berbeda kepekatannya antar larutan pertama dengan larutan percobaan berikutnya.
2.
Perbedaan warna terjadi
karena pengaruh banyaknya indikator pp yang diteteskan. Larutan yang diteteskan
5 tetes indikator pp menghasilkanwarna lebih pekat dari larutan yang diteteskan
2 tetes indikator pp.
3.
Semakin besar konstanta
dielektrik pelarut campur, maka semakin kecil kelarutan dari asam salisilat.
5.2 Saran
LAMPIRAN I
1.
Pembuatan
Indikator fenoftelein (PP) 10% 60 ml
2.
Pembuatan NaOH
0.1 N 500 ml
3.
Pembentukan
konsentrasi Asam Salisilat (C2H2H2)
a.
Larutan 1
(Dengan larutan NaOH 0,1 M 29,1 ml)
b.
Larutan 2
(Dengan larutan NaOH 0,1 M 5,9 ml)
c.
Larutan 3
(Dengan larutan NaOH 0,1 M 7,5 ml)
d.
Larutan 4
(Dengan larutan NaOH 0,1 M 2 ml)
e.
Larutan 5
(Dengan larutan NaOH 0,1 M 2,7 ml)
f.
Larutan 6
(Dengan larutan NaOH 0,1 M 3,4 ml)
g.
Larutan 7
(Dengan larutan NaOH 0,1 M 2 ml)
4.
Perhitungan Parameter
Kelarutan
a. Nilai Konstanta dielektrik Air (
Air dalam pelarut campuran
0
b. Nilai Konstanta dielektrik Etanol (
1.
Air dalam pelarut campuran
2.
Air dalam pelarut campuran
3.
Air dalam pelarut campuran
4.
Air dalam pelarut campuran
5.
Air dalam pelarut campuran
0
6.
Air dalam pelarut campuran
7.
Air dalam pelarut campuran
c. Nilai Konstanta dielektrik Propilen Glikol (
1.
Air dalam pelarut campuran
2.
Air dalam pelarut campuran
3.
Air dalam pelarut campuran
4.
Air dalam pelarut campuran
2
5.
Air dalam pelarut campuran
6.
Air dalam pelarut campuran
7.
Air dalam pelarut campuran
d. Nilai Konstanta dielektrik
pelarut campur
1. Pelarut campur ( larutan 1)
2. Pelarut campur ( larutan 2)
3. Pelarut campur ( larutan 3)
4. Pelarut campur ( larutan 4)
5. Pelarut campur ( larutan 5)
0
6. Pelarut campur ( larutan 6)
59,735
7. Pelarut campur ( larutan 7)
0
LAMPIRAN III
1.
Grafik
Hasil Pengukuran
Grafik
1. Hubungan Konsentrasi dan Konstanta Dielektrik
Salam farmasi indonesia,,,,ijin ngambil,
ReplyDeleteCatatankuliahfarmasi.blogspot.com