Resensi Novel Magdalena

Cinta Dunia Stevan dan Magdalena”

Siapa sih yang tidak kenal dengan penulis sekaligus penyair Mesir ini. Mustafa  El Manfaluthi,  penulis telaten mesir yang menyadurkan karyanya dari bahasa perancis khususnya, padahal ia tidak dapat membaca dan berbahasa prancis. Gaya bahasa yang indah nan mendayu-dayu dapat ia kemas dalam sebuah novel inspirasi yang terkenal dari Arab hingga  ke Indonesia. “Magdalena” seorang gadis desa Welfach yang didambakan Stevan yang berhijrah dari Koblenz. Dua insan penuh cinta ini hidup sejaman meneruskan pengalaman cinta yang sebelumnya pernah ada. Dianya Magdalena, bidadari dunia Stevan yang mampu melupakan luka lara masa lalu Stevan yang penuh derita. Sekiranya hanya stevanlah orang yang penuh hina dan sangat menderita sepanjang sejarah. 
            “…… Aku telah terpenjara oleh harapan dan kebahagiaan seluruh manusia, hanya kenikmatan dan kelezatan impian yang masih tersisa. Dan Penguasa serta Pemelihara Kehidupan , tidak mungkin berbuat kejam dengan merampas apa-apa yang tersisa dari hidupku”.
Semuanya bermula dari stevan yang menghuni salah satu kamar di kediaman Magdalena, dan ayahnya Mueller. Stevan yang senang mengunjungi kebun empunya rumah tuannya itu berhubungan baik dengan Mueller. Tuannya senang dan menganggap stevan seperti sahabatnya karena stevan juga menguasai ilmu tentang tumbuh-tumbuhan yang membuat banyak diskusi di antara mereka.
Kebiasaan itu ternyata menghantui perasaaan stevan, bahwa sepertinya ia memiliki perasaan yang berbeda yang tidak sanggup ia sembunyikan untuk anaknya Mueller “Magdalena” Dia jatuh cinta pada Magdalena. Suara indah Magdalena, lemah lembut dan sikap santun wanita itu membuat Stevan kembali mendapatkan sebongkah kebahagiaan dalam hidupnya. Pun Magdalena juga merasakan perasaan yang sama. Tidak dapat ia pungkiri tentang kisah hidup pemuda itu yang penuh luka, sebatang kara dan ia pun merasa kasihan padanya. Tekanan bathin tersebut membuat Magdalena tak mampu jua mengelak. Ia merasakan perasaan yang sama seperti Stevan karena kehalusan sikap dan budinya pemuda itu.
Hari-hari mereka diliputi perasaan gembira. Tak ada waktu yang tak dilalui bersama hingga akhirnya mengikat janji setia untuk tetap bersama. Keadaan tersebut meresahkan Magdalena. Ia ragu akan kuasa Tuhan pada kehidupan cintanya pada Stevan dan meratapi keadaannya.
“…….Aku menangis karena aku takut akan cinta. Aku hanyalah gadis miskin yang hidup sebatang kara……….”
Stevanpun berupaya menenangkan Magdalena dan berprasangka baik karena ia percaya Tuhan sedang mempersiapkan rencana yang terbaik untuk mereka. Bagaimanapun caranya. Merekapun berjanji dan bersumpah saling setia.
Namun, ternyata kebahagiaan itu tak berlangsung lama, setelah Mueller mengirimkan surat tertutup untuknya…………(langsung baca aja ya bukunya J).
Berawal dari ini, kisah pengembaraan cinta mereka pun tertata di atas waktu yang tidak ditentukan dan jarak yang memisahkan.
Stevan kembali pada masa-masa sebelum ia bertemu cintanya itu. Arah tanpa tujuan namun dengan semangat yang begitu besar akan janjinya untuk kembali pada Magdalena dengan segunung keberhasilan agar ia mampu diterima meminang anak tuannya tersebut. Sebuah perjalanan yang terukur dan tidak terbayangkan kesengsaraannya. Hingga Stevan akhirnya mendapat secercah harapan untuk kelangsungan hidupnya.
Pun begitu. Kisah Magdalena telah berubah perlahan-lahan. Dia tidak lagi seperti biasanya mengirimkan surat tentang keadaannya kepada stevan sebagaimana dulu ia sering melakukannya.
Stevan kala itu dilanda kesunyian karena baru saja dtinggal sahabatnya eugen yang syahid di medan perang. Stevan sangat terpukul dan tidak kuasa bila ia harus mengingat betapa banyak penderitaannya selama ini. Ianya tak sanggup pada keadaan dan zaman yang telah mempermainkannya.
Ayo, kalau kamu penasaran bagaimana kelanjutannya. Dapatin aja lagi bacaannya. Enggak bosan kok bacanya walaupun udah beberapa kali. Kamu akan menemukan endingnya sendiri. Yang penting siapin aja tisu banyak-banyak dan ambil makna perbait yang dibuat pada kisah Stevan, Magdalena dan kisah cinta sejati mereka.
Berikut kelebihan novel ini setelah saya kumpulkan:
1.      Bahasa novel yang penuh kiasan.
Saya sangat suka membaca jenis tulisan dengan gaya mendayu-dayu. Penulis sangat menguasai syair –syair yang indah dan sarat makna. Bahasa yang digunakan sangat mudah dimengerti dan bikin BaPer. Menurut saya, buku ini sangat menginspirasi jiwa-jiwa puitis seperti saya.
2.      Novel hayalan -- (Novel rasa film)
Bersama novel ini saya dapat merasakan imajinasi yang luar biasa, yaitu mengarungi Kota Welfach, Koblenz dan sekitarnya—(Jerman). Hehe, semoga dapat berkunjung ke sana suatu saat nanti.
      Penulis sangat mengenali kota ini sehingga banyak pengetahuan tentang kota ini yang ia selipkan.
3.      Kata “Bintang Gemintang”
Sepertinya penulis sangat menyukai kata-kata ini dan memiliki kenangan yang unik dengan kata tersebut karena sering sekali diulang di setiap sudut cerita dalam novel ini.
Kalian yang penasaran dengan keadaan terakhir tokoh di novel ini. Saya merekomendasikan untuk dijadikan bahan koleksi di perpustakaan pribadinya.

Semoga dapat menginspirasi :)
Judul Buku                  : Magdalena
Penulis                         : Mustafa Lutfi El Manfaluthi
Penerbit                       : NUUN
Tahun Terbit                : 2008
Cetakan                       : kedua
Kota terbit                   : Surakarta
Tebal                           : 452 halaman
ISBN                           : 978-979-17834-0-8

Comments